Melupakan Kemacetan Dengan Sewa Sepeda


Perang antara kota Jakarta dan kemacetan sudah berlangsung lama. Berbagai senjata sudah dipersiapkan, beberapa ada yang sudah meluncur dan beberapa masih dikaji terus. Proyek busway, misalnya, sudah terwujud sejak 2004. Tetapi MRT dan monorel masih dalam rencana. 

Ada satu moda transportasi yang murah, praktis, modern, dan ramah lingkungan, yang cocok menjadi senjata melawan kemacetan selanjutnya. Perkenalkan: sewa sepeda alias bike share. Setelah sukses di Cina dan Eropa, sewa sepeda segera menyebar cepat ke kota-kota besar dunia khususnya di Amerika Serikat. Sejak 2010, sistem ini sudah diterapkan di Washington DC, New York, Denver, dan lain-lain.

Sistem bikeshare di Zhuzhou, Cina.

Sistem sewa sepeda paling dahsyat adanya di Hangzhou, Cina. Di kota itu, ada lebih dari 50 ribu sepeda yang tersebar hampir di seluruh kota — dan siap digunakan oleh siapa saja penduduk yang telah mendaftar jadi anggota.

Sewa sepeda, atau ada juga yang menyebutnya public bike, merupakan sistem sewa sepeda murah yang memiliki jaringan stasiun di suatu kota. Pengguna dapat menyewa sepeda dari pangkalan A, misalnya, lalu mengembalikannya ke pangkalan B (tidak wajib ke stasiun semula). Amat praktis dan elegan — warga kota dapat bersepeda tanpa harus memiliki sepeda. 

Bike share di Paris

Dalam praktik, sewa sepeda amat berguna untuk melayani “first and last mile” alias jarak awal menuju titik transit (seperti halte bus atau stasiun kereta) dan sebaliknya. 

Maksudnya bagaimana? Begini. Dari rumah, Anda menuju pangkalan sepeda X (yang dekat rumah) dan mengambil sepeda lalu mengayuhnya ke halte bus atau stasiun kereta api terdekat. Di sana, Anda cukup menyerahkan sepeda itu ke pangkalan Y (yang memang didesain berada dekat halte transportasi umum). Setelah itu Anda pun tinggal naik bus atau kereta ke kantor.
Pulang kantor, Anda naik kereta atau bus menuju area dekat rumah. Dan dari halte, tinggal ambil sepeda di pangkalan Y — dan letakkan di pangkalan X. Sederhana bukan?



                           
















Bila penghubung wilayah-wilayah yang selama ini tidak terjangkau transportasi umum seperti kereta dan bus. Kalau dulu Anda merasa repot menuju stasiun, kini tidak lagi — cukup mengayuh sepeda. Kalau dulu Anda harus menenteng sepeda lipat di dalam kereta listrik, kini tidak lagi — cukup tinggalkan di pangkalan stasiun.

Tak heran bila keberadaan sistem sewa sepeda diprediksi meningkatkan jumlah penumpang TransJakarta atau CommuterLine.

Berikut ini keunggulan sewa sepeda:

1. Sewa sepeda sangat ramah lingkungan. Tidak mengeluarkan polusi udara sama sekali.

2. Sepeda amat sedikit mengambil ruang jalan. Ruang yang diambil 12 sepeda, misalnya, sama dengan ruang untuk satu mobil. Akibatnya, pengendara sepeda mudah membuat manuver yang tak bisa dilakukan pengguna jalan lain, termasuk sepeda motor. Pengendara sepeda tidak saja menghindari kemacetan, tapi sudah melupakan kemacetan. 

3. Sepeda amat cocok bagi perjalanan pendek, seperti yang terjadi di Jakarta. Bayangkan berapa emisi gas beracun yang dapat dikurangi, dan berapa banyak masyarakat yang makin sehat karena bersepeda? 

4. Sewa sepeda akan mengubah wajah Jakarta menjadi kota yang modern, efisien, dan aktif. Penduduknya dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lain tanpa mengeluarkan polusi, dan semakin sering mereka bergerak, semakin sehat.

Para pembaca yang saat ini sudah sering bersepeda ke kantor (bike to work) tentu tahu betul bahwa saat ini, Jakarta masih belum merupakan kota yang ramah bagi pesepeda. Nah, sistem sewa sepeda adalah awal yang baik untuk mengubah kondisi itu karena akan berpengaruh langsung terhadap jumlah sepeda, rute sepeda dan tempat parkir di kota ini.

Inilah saatnya Jakarta mulai menjawab kebutuhan masyarakatnya dengan sewa sepeda.
Melupakan Kemacetan Dengan Sewa Sepeda Melupakan Kemacetan Dengan Sewa Sepeda Reviewed by Anton chang on 12:43:00 AM Rating: 5
Powered by Blogger.